Selasa, 15 Maret 2011

Laporan Praktikum


LEMBAR PENGESAHAN
            Laporan lengkap praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia dengan Judul “Buta Warna ” yang disusun oleh :
            Nama   :                          : Irnayanti Bahar
            NIM                               : 081404076
            Kelas/Kelompok            : B/I
            Telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan diterima.


                                                                                    Makassar,   Desember 2010
Koordinator Asisten                                                                      Asisten



  Muh. Irwan                                                                      Surahman Nur S.Pd
 NIM:061404008                                                                                                                                                           



Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab


                           

Dr.Drs Mushawwir.Taiyeb, M.Kes
NIP: 1964 0504 1980 12 1 002




BAB I
PENDAHULUAN


B.     Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya teknologi di era globalisasi ini maka meningkat pulalah ilmu pengetahuan diberbagai bidang baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun dalam bidang–bidang sosial budaya. Terkhusus dalam bidang pendidikan kita mempelajari berbagai macam ilmu seperti ilmu biologi, fisika, kimia, matematika dan banyak lagi ilmu lainnya. Ilmu biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahkluk hidup dan seluk beluk kehidupannya.
Orang tua perlu waspada dan segera memeriksakan anaknya bila tidak bisa membedakan warna atau salah menyebutkan warna meski sudah sering diajarkan. Perhatikan juga riwayat keluarga, apakah ada anggota keluarga yang mengalami buta warna. Orangtua bisa melakukan pemeriksaan buta warna sendiri di rumah. Caranya, campurkan benang wol beraneka warna. Kemudian, minta anak mengambil benang warna tertentu. Jika ia tampak bingung, maka sekecil apa pun kecurigaan, tak ada salahnya untuk dikonsultasikan pada dokter mata. Untuk memastikan kasus buta warna, dokter mata umumnya akan melakukan tes hara dengan buku berisi kombinasi berbagai warna. Biasanya juga akan dilakukan tes penunjang, seperti pemeriksaan organ mata, dan sebagainya. Kerusakan itu secara umum tak hanya terkait dengan keluhan buta warna, tetapi juga pada hal lain, semisal ketajaman penglihatan, luas pandang, dan sebagainya.
Buta warna merupakan gangguan penglihatan di mana seseorang tidak dapat membedakan warna. Pada orang yang mengalami buta warna total, ia hanya dapat mengenal warna putih. Buta warna ini merupakan kelainan penglihatan menurun, sehingga tidak dapat disembuhkan
Buta warna hijau merah adalah karakteristik gen terikat X yang sudah dikenal dan bersifat resesif terhadap penglihatan normal. Seorang perempuan yang memiliki dua kromosom X, kemungkinan besar homozigot resesif terhadap karakteristik buta warna. Laki-laki yang hanya memilki satu kromosom X akan dipengaruhi oleh satu gen resesif saja karena ia tidak memiliki alel dominan untuk mengganti gen resesif.
Mengingat akan pentingnya materi pengenalan organ-organ pada manusia sebagai dasar untuk mengetahui Anatomi Fisiologi Manusia secara mendalam maka perlu kiranya pemahaman yang benar mengenai materi ini dan hal inilah yang melatar belakangi praktikum ini dengan judul . Pengenalan organ-organ pada manusia .
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praltikum ini yaitu untuk mengetahui apakah probandus yang diuji menderita buta warna
C. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari kegiatan praktikum ini yaitu bisa dijadikan sebagai bahan ajar bila kita kelak mengajar nanti dan bisa menjadi bahan referensi bagi kita.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Butawarna adalah penyakit keturunan yang disebabkan oleh gen resesif c (asal dari perkataan ingris color blind) karena gennya terdapat dalam kromosom X sedangkan perempuan memiliki 2 kromosom X. maka seorang perempuan dapat normal homozigotik (CC), normal heterozigotitik (Cc) atau yang amat jarang dijumpai homozigotik (cc) sehingga butawarna. Laki-laki hanya memiliki sebuah kromosom X saja, sehingga ia hanya dapat normal (C-) atau butawarna (c-) saja. Seorang perempuan normal yang kawin dengan seorang laki-laki butawarna (c-) akan mempunyai anak normal, baik laki-laki maupun perempuan (Suryo, 2005).
Penyakit buta warna diturungkan secara resesif, pada kromosom X bagian tak homolog. Persentase buta warna di masyarakat berbagai pada berbagai suku bangsa. Pada orang cina sekitar 6% pada laki-laki, pada orang negro mendekati 5 %, dan pada orang Indonesia 3,5% juga pada laki-laki kaukasoid 8 % laki-laki 0,5 perempuan (Yatim, 2003).
            Buta warna terhadap warna merah dan hijau, disebabkan oleh gen resesif c. alel dominan C, menentukan tidak buta warna (normal). Seorang perempuan normal homosigot bila kawin dengan laki-laki yang butawarna, akan mempunyai keturunan yang semuanya normal, tetapi yang perempuan membawa gen butawarna. Seorang wanita normal heterezigot (membawa gen butawarna), bila kawin dengan laki-laki normal akan mempunyai anak dengan kemungkinan, anak perempuan normal homosigot (normal), anak perempuan heterosigot (normal, tetapi membawa gen butawarna), anak laki-laki normal dan anak laki-laki buta warna (Henuhili, 2002).
            Buta warna ini dapat ditemukan dengan uji ishira. Pada uji ishira dipergunakan serangkaian gambar berwarna.Gambar-gambar berwarna itu dirancang sedemikian rupa secara tepat dan cepat serta dapat memberikan penilaian terhadap kelainan persepsi warna (Taiyeb, 2010).
            Penderita tidak dapat membedakan warna merah dan hijau. Penyakit ini herediter dan disebabkan oleh gen resesip c (berasal dari perkataan ingris colorblind) yang terdapat pada kromosom X. Alelnya dominan C menentukan orang tidak butawarna (normal). Jika orang perempuan normal (homozigot) kawin dengan seorang laki-laki butawarna, maka semua anaknya akan normal.ini disebabkan karena ginospermium yang membawa gen dominan C, sehingga zigot mempunyai genotip Cc. berhubung C dominan terhadap c, maka individu Cc adalah normal. Keturunan yang menerima kromosom Y menjadi anak laki-laki (Suryo, 1992).
            Apabila seorang perempuan normal menikah dengan laki-laki butawarna, maka semua anak mereka akan normal. Tetapi sebaliknya, seorang perempuan butawarna yang menikah dengan laki-laki normal, maka semua anak laki-laki akan butawarna. Pada kasus yang terakhir tampak bahwa sifat keturunan butawarna diwariskan kepada keturunan laki-laki, dan sifat yang dimiliki ayah diwariskan kepada keturunan perempuan (Suryo, 1996).
            Menurut Siniapar (2010), Bola mata dilapisi oleh tiga yaitu:
a. Sklera: pelindung bola mata paling luar, bagian depannya transparan disebut korena.
b. Koroid : lapisan yang banyak pembuluh darah, mencegah refleksi, banyak mengandung pigmen.
c. Retina: tempat jatuh bayangan dan mengandung saraf fotoreseptor.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna. Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut (Anonim1, 2010).
Menurut Anonim2 (2010), buta warna dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.    Trikomasi
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada trikomasi:
a.       Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah
b.      Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita
c.       Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.
2.    Dikromasi
Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:
a.       Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang
b.      Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau
c.       Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.
  Buta warna dibagi dalam dua kategori, yaitu buta warna total dan buta warna parsial. Pada buta warna total, penyandangnya tidak bisa mengenali warna lain, kecuali hitam dan putih. Untungnya, kasus yang disebabkan ketiadaan pigmen warna pada sel retina ini sangat jarang terjadi. Sementara itu, pada buta warna parsial, penyandang mengalami defisiensi (kekurangan) pigmen dalam sel retina sehingga tidak bisa melihat warna tertentu saja. Gabungan defisiensi merah dan hijau adalah gangguan yang paling sering terjadi, sedangkan defisiensi biru jarang sekali. Yang perlu diluruskan, penderita buta warna bukan tidak bisa mengenali satu warna tertentu, tetapi ia tak bisa mengenali kombinasi atau campuran warna. Ia bisa saja tahu warna-warna dasar, seperti kuning, merah, dan biru, serta warna-warna sekunder, seperti hijau, jingga, dan ungu. Namun, ketika warna-warna itu dikombinasikan lagi dengan warna lainnya, ia tidak mampu mengenali atau bingung menentukan, apakah itu hijau tua atau biru, dan sebagainya (Anonim3, 2009).





















BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.      Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal  : Selasa/ 21 Desember 2010
Waktu             : Pukul 09.10 sd 10.50 WITA
Tempat            : Laboratorium Biologi Lantai III Bagian Timur Jurusan
                   Biologi FMIPA UNM
B.        Alat dan Bahan
1.      Alat yang digunakan yaitu buku Isihara
2.      Bahan yang digunakan yaitu Probandus
C.    Cara Kerja
Probandus disuruh untuk membaca angka-angka atau sesuatu yang terdapat pada buku ishihara yang telah dipadukan dengan warna-warna tertentu kemudian mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan.




           






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No. Gambar
Terlihat oleh naracoba
Terlihat oleh pembanding
Jawaban yang betul
I
II
III
IV
V
1
12
12
12
12
12
12
12
2
8
8
8
8
8
8
8
3
5
5
5
5
5
5
5
4
29
29
29
29
29
29
29
5
74
74
74
74
74
74
74
6
7
7
7
7
7
7
7
7
45
45
45
45
45
45
45
8
2
2
2
2
2
2
2
9
-
-
-
-
-
-
-
10
16
16
16
18
16
16
16
11
-
-
-
-
-
-
-
12
35
35
35
35
35
35
35
13
96
96
96
96
96
96
96
14
-
-
-
-
-
-
-

Benar semua
Benar semua
Benar semua
Benar semua
Benar semua
Benar semua


B. Pembahasan
               Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini dimana pada semua probandus dapat menebak buku ishara dengan benar dan tepat, itu menandakan bahwa semua penglihatan probandus normal.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna. Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut (Anonim1, 2009).
Menurut Anonim2 (2009), buta warna dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
3.         Trikomasi
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada trikomasi:
d.      Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah
e.       Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita
f.       Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.
4.    Dikromasi
Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:
g.      Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang
h.      Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau
i.        Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.
5.    Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.
Untuk mengetes bahwa kita buta warna atau tidak itu dibutuhkan sebuah tes yang biasa disebut Tes Ishihara. Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism). Pada orang normal, di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis tertentu. Tetapi pada orang buta warna, yang tampak pada lingkaran akan berbeda seperti yang dilihat oleh orang normal. Tes Ishihara biasanya dilengkapi oleh kunci jawaban untuk setiap lembarnya. Hasil tes seseorang akan dibandingkan dengan kunci jawaban tersebut. (Prescott, 2002).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
                 Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada probandus yang mengalami buta warna (Semua normal) karena semua probandus menjawab dengan benar buku ishihara.
B.     Saran
1.    Diharapkan kepada praktikan agar menguasai prosedur kerja sebelum praktikum dimulai.
2.    Diharapkan kepada Asisten agar mendampingi praktikan sampai praktikum selesai.
3.    Diharapkan kepada laboran agar mengganti alat yang rusak, supaya praktikum dapat berjalan dengan lancar.














DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010. Buta Warna. www. Wikipedia.com. Makassar: Diakses Pada
Tanggal 20 Desember 2010.

Anonim2. 2010. Buta Warna. AsianBrain.com. Makassar: Diakses Pada Tanggal
            20 Desember 2010.

Anonim3. 2010. Buta Warna. Kompas.com. Makassar: Diakses Pada Tanggal 20
            Desember 2010.

Henuhili, Victoria, 2002. Genetika. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

Sianipar Prowel, 2010. Mudah dan Cepat Menghafal Biologi.Jakarta: Pustaka Book Publisher.

Suryo, 1992. Genetika. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press

Suryo, 1996. Genetika.Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Suryo, 2005. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Taiyeb Mushawir, 2010. Penuntun Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.

Yatim Wildan, 2003. Genetika. Bandung: Tarsito.











www.wikipedia.com

Buta warna

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.
Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut. Sel

[sunting] Klasifikasi

Buta warna sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi dan monokromasi. Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikomasi yaitu:
Jenis buta warna inilah yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya.
Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari:
  • -protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang,
  • -deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerujut yang peka terhadap hijau, dan
  • -tritanopia untuk warna biru.
Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikt warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang.

[sunting] Pembuktian

Buta warna dapat dites dengan tes Ishihara, dimana lingkaran - lingkaran berwarna yang beberapa diantaranya dirancang agar ada tulisan tertentu yang hanya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat oleh penderita buta warna.

Buta Warna

Oleh: AsianBrain.com Content Team
Buta warna adalah suatu kondisi ketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya.  Sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan atau kerusakan  permanen.

A. Klasifikasi buta warna :

1. Trikromasi

Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada trikomasi:
  • Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah
  • Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderita
  • Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.
2.Dikromasi

Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:
Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang
  • Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau
  • Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.
3. Monokromasi

Monokromasi sebenarnya sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.

B. Penyebab Buta Warna


Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa oleh kromosom X pada perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anaknya. Ketika seseorang mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan untuk mata berfungsi dengan normal.
C. Fakta-fakta tentang Buta Warna
1.        Buta warna lebih sering terjadi pada seseorang berjenis kelamin lelaki dibandingkan perempuan. Sebanyak 99% seorang buta warna tidak mampu membedakan antara warna hijau dan merah. Juga ditemukan kasus penderita yang tak bisa mengenali perbedaan antara warna merah dan hijau.
2.        Cacat mata ini merupakan kelainan genetik yang diturunkan oleh ayah atau ibu.
3.        Belum dapat dipastikan berkaitan jumlah penderita, akan tetapi sebuah penelitian menyebutkan sebesar 8 -12% lelaki Eropa adalah pengidap buta warna. Sementara persentase perempuan Eropa yang buta warna adalah 0,5 -1%. Tingkat buta warna di benua lain tentu bervariasi.
4.        Tidak ada cara untuk mengobati buta warna, karena ia bukan penyakit melainkan cacat mata. Bisa jadi seorang buta warna akan merasa tersiksa dengan keadaan ini. Sebagian perusahaan menetapkan syarat bahwa pekerjanya harus tidak buta warna.
5.        Untuk mengetahui apakah seseorang menderita buta warna, dilakukan tes dengan menggunakan plat bernama Ishihara.
6.        Sering kali orang awam menganggap penyandang buta warna hanya mampu melihat warna hitam dan putih, seperti menonton film bisu hitam putih. Anggapan ini sebenarnya salah besar.
7.        Banteng ternyata buta warna. Kesan yang ditimbulkan warna merah mengakibatkan binatang tersebut melonjak emosinya, bukan akibat warna merah itu sendiri.
8.        Pada Perang Dunia II, serdadu yang buta warna dikirim untuk melakukan misi tertentu. Ketidakmampuan mereka untuk melihat warna hijau dialihfungsikan untuk mendeteksi adanya kamuflase yang dilakukan pihak lawan.
9.        Artis terkenal yang buta warna diantaranya adalah Mark Twain, Paul Newman, Meat Loaf, Bing Cosby, Bob Dole.
10.     Setiap orang terlahir buta warna saat pertama kali lahir.
11.     Emerson Moser, pembuat krayon senior, mengaku bahwa dirinya buta warna hijau-biru dan tidak mampu melihat warna secara keseluruhan.
12.     Penyandang buta warna selalu dihantui oleh pertanyaan "Warna apakah ini?"
Buta warna umumnya disebabkan karena keturunan. Penyebab lainnya adalah kerusakan syaraf mata karena kecelakaan atau bawaan lahir. Menurut salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna